Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Translate

Jumat, 09 September 2011

TAMAN NASIONAL GUNUNG BROMO

Pemandangan dari Gunung Pananjakan Bromo

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).

Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.

Di laut pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa).

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.


Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.
Kawasan Taman Nasional ini terletak di 4 (empat) Kabupaten yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang. Berdasarkan ketinggian tempat, maka tipe-tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dapat dibedakan 3 (tiga) tipe ekosistem antara lain;

a.    Zona sub Montage (750 –1.500 m dpl)
Secara keseluruhan digolongkan pada tipe hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan, yang memiliki tingkat keaneka ragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi merupakan hutan primer yang bisa dijumpai di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bagian Semeru Selatan, Semeru Timur (Burno) dan Semeru Barat (Patok picis) serta merupakan zona inti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

b.    Zona Montane  (1.500 – 2.400 mdpl)
Sebagian besar zona ini merupakan hutan sekunder yang keanekaragaman jenisnya mulai berkurang. Dominasi jenis berupa tumbuhan pionir yang tidak dapat hidup di bawah tajuk.

c.    Zona sub Alpin ( 2.400 mdpl keatas )
Zona ini ditumbuhi oleh pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin akan jenis.
Flora dan Fauna diperkirakan + 600 jenis flora tersebar di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Mentigi (Vaccinium varingaefolium). Edelweis (Anaphalis javanica) dan adas (Funicullum vulgase). Jenis lain diantaranya cemara gunung (Casuarina    Junghuhniana),    Kemlandingan    (Albitzialaphanta),    Akasia (Accaciadeccuurens), Paku-pakuan Daisy (Crhysanthemum leucanthemum). Jenis Anggrek + 152 jenis, dimana 42 jenis diantaranya merupakan jenis endemic. Jenis anggrek khas senduro adalah maleola witteana, malacis pupureo nervora, dan liparis rodhochila. Di samping itu terdapat pula jenis tumbuhan pegunungan Tengger yakni pakis uling (Cyanthea teggeriensis_, putihan (buddleja asiatica), dan Anting-anting (fushia megallanica).

Panorama alamnya yang sangat indah di Taman Nasional Tengger Bromo Semeru, sudah lama dikenal oleh wisatawan baik wisatawnan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Panorama tersebut antara lain berupa pemandangan G.Bromo dan G.Batok, Danau Ranupani, Ranukumbolo dan Regulo.

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mempunyai kekhasan berupa gejala alam yang unik dan menarik serta merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia, bahkan mungkin di Dunia yang memiliki keunikan berupa laut pasir yang berada pada ketinggian + 2.000 m dpl. Serta keindahan alamnya yang mempesona dan didominasi oleh pegunungan.

Atraksi wisata yang menarik diantaranya melihat matahari terbit (sunrise). Untuk melihatnya bisa berangkat dari Cemorolawang jam 04.00 wib, melihat G.Bromo, mendaki G.Semeru, berkemah. Sedangkan di luar kawasan dapat dijumpai atraksi budaya suku Tengger. Masyarakat tengger secara tradisional masih mempertahankan cara-cara kehidupan yang diturunkan oleh para leluhurnya dimana keunikannya merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Upacara yang bersifat sacral dilaksanakan secara besar-besaran setiap tahun yakni upacara kasodo dan karo yang selalu menjadi perhatian wisatawan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah.
Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit.
Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.
Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl).
Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan.

Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.
Cara pencapaian lokasi: Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km, dan Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km. Dari Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang dilanjutkan berjalan kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam. 

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan
Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.
Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Tangga Menuju Kawah Bromo

Kawah dan Lautan Pasir Bromo

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.
Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.